Contact us

Pentingnya Hari Tua
Perencana keuangan biasanya menganjurkan tiga hal, yaitu menyiapkan rencana pendidikan anak, pensiun, dan proteksi. Sayangnya, masyarakat Indonesia umumnya belum sadar pentingnya proteksi melalui asuransi. Hal ini diutarakan oleh Perencana Keuangan Independen dari Finansia Consulting, Eko Endarto, dalam Indonesia Financial Expo & Forum (IFEF) 2014, Sabtu (27/9/2014). "Ketika kita bicarakan rencana keuangan, biasanya tiga yang penting. Pertama siapkan rencana pendidikan anak, pensiun kita, dan proteksi kita. Di antara ketiga ini, proteksi memegang peranan penting," ujarnya. Hal senada juga diutarakan oleh Health of Wealth Management Products and Service Bank, Rheza Karyanto. Menurut Rheza, asuransi mungkin tampak sepele. Namun, asuransi sebenarnya memegang peranan penting. "Saya tidak tahu berapa lama umur saya," ujar Rheza. Rheza mencontohkan, asuransi yang dia ikuti akan menjamin istri dan anak-anaknya bisa bertahan hidup jika sewaktu-waktu dia meninggal atau terkena musibah. Karena itu, dia menekankan, asuransi penting untuk orang-orang yang kita sayangi. Rheza juga mengutip motivator Mario Teguh. "Uang kecil beli uang besar, itulah asuransi. Jika kamu tidak mau bayar uang kecil, maka kamu akan dipaksa bayar uang besar. Simple," ujarnya menyitir pernyataan Mario. Masyarakat Indonesia menunjukkan optimisme semu akan kondisi keuangan mereka di hari tua. Hal ini terlihat dari hasil studi Investor Sentiment Index yang dipublikasikan hari ini, Jumat (25/9/2014). Lebih dari tiga perempat investor sangat optimis dapat mempertahankan gaya hidup mereka saat ini pada masa pensiun kelak. Bahkan, hampir seluruh investor atau 97 persen yakin akan memiliki penghasilan pasca-pensiun dari berbagai sumber yang bernilai setara dengan 84 persen penghasilan mereka saat ini. Sayangnya, optimisme ini tidak didukung aksi nyata. Hanya 43 persen masyarakat sudah menyiapkan masa pensiunnya dan 34 persen uang mereka disimpan dalam bentuk tabungan dan deposito bank yang memberikan imbal hasil relatif kecil. Masyarakat sepertinya terlalu mengandalkan sumber-sumber pendanaan yang tak pasti untuk membiayai hidup mereka di hari tua. "Ada kekhawatiran bahwa ekspektasi mereka tidak sesuai dengan yang diharapkan, terlebih lagi hanya sedikit investor yang mengikuti program pensiun yang diwajibkan pemerintah atau yang berupaya untuk memperkecil kesenjangan tersebut dengan membeli program pensiun dari institusi swasta," kata Chief of Employee Benefits PT Asuransi Jiwa Indonesia Nur Hasan Kurniawan dalam keterangan resmi, Kamis (25/9/2014). Hanya 22 persen investor mengikuti program pensiun yang diwajibkan pemerintah. Angka tersebut merupakan yang terendah di Asia, jauh lebih rendah daripada angka rata-rata di Asia sebesar 67 persen."Sayangnya, masyarakat Indonesia juga tidak tertarik untuk membeli program pensiun tambahan sebagai alternatif. Hanya 15 persen orang Indonesia memiliki program pensiun dari institusi swasta untuk memenuhi target dana pensiun," tulis laporan tersebut. (Sumber : www.bisniskeuangan.kompas.com)

0 Reviews:

Post a Comment